
Jakarta –
Penyanyi Vidi Aldiano curhat soal perjalanannya melawan penyakit kanker ginjal. Lewat video yang diunggahnya di Instagram, Vidi mengungkapkan kondisinya yang kembali menurun pada April 2025. Setelah diperiksa dokter, ternyata obat yang dikonsumsinya selama selama lima tahun terakhir sudah perlu diganti.
“Dan hasilnya April itu lumayan bikin aku tidak bisa berfungsi beberapa waktu, karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan kali ya. Tidak sesuai dengan ekspektasi aku gitu,” curhatnya dalam postingan yang dilihat detikcom, Kamis (12/6/2025).
Setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter, ternyata kanker di tubuhnya tumbuh dengan cepat. Akibat kondisinya itu, Vidi segera mengganti obat yang dikonsumsinya selama lima tahun terakhir ini dengan obat lain.
Ternyata, obat itu diganti dengan obat yang sudah pernah dikonsumsinya saat awal diagnosis kanker di Singapura. Dokter menganjurkan Vidi menggunakan obat itu lagi.
Mengingat obat itu belum masuk ke Indonesia, Vidi pun harus bolak balik Penang, Malaysia, untuk melakukan pengobatan.
“Karena memang saat ini obatnya, unfortunately, belum sampai di Indonesia. Jadi kita harus melakukan treatment-nya semua di Penang,”
“Jadi, sudah beberapa bulan terakhir aku harus pulang pergi Penang untuk berobat,”
Efek Samping Pengobatan yang Menyakitkan
Selama pengobatan, Vidi mengonsumsi obat baru tersebut. Tetapi, efek samping yang dirasakannya dari obat baru ini lebih keras dibandingkan yang pernah dialaminya lima tahun lalu.
Kini, Vidi berusaha untuk menahan rasa sakit dan efek samping yang muncul dari pengobatan barunya ini. Semuanya dilakukan demi kesehatannya.
“Efek samping obat ini lebih keras jauh dibandingkan apa yang aku sudah alami 5 tahun terakhir. Jadi aku lagi dalam proses untuk enduring pain everyday, enduring every side effect yang baru muncul beberapa bulan ini,” terang Vidi
“Tapi aku berusaha untuk terus bisa maju setiap harinya dengan tersenyum gitu. Intinya dengan kondisi aku sekarang, aku akan terus fokus untuk bisa menyehatkan badanku dan pikiranku juga,” pungkasnya.
$(document).ready(function($){
var aevpH = $(".aevp").outerHeight(), headerH = $(".header").outerHeight(), offsetH = aevpH - headerH; $(window).on('scroll', function(){
// before show var scroll = $(window).scrollTop(); if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH){ $('.pip-vid__trigger').addClass('flow'); } else { $('.pip-vid__trigger').removeClass('flow'); }
// after show if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH) { $(".pip-vid").addClass("abs"); } });
// IS IN VIEWPORT DETECT ELEMENT $.fn.isInViewport = function() { var elementTop = $(this).offset().top; var elementBottom = elementTop + $(this).outerHeight();
var viewportTop = $(window).scrollTop(); var viewportBottom = viewportTop + $(window).height();
return elementBottom > viewportTop && elementTop < viewportBottom;
}
// FLOAT VIDEO Transistion FOR BREAKING NEWS
$.fn.floater = function( options ) {
this.addClass("flow-in");
var block = $(this);
$("#video-pip__close").click(function(e) {
e.preventDefault();
flowOut();
block.removeClass("flow-in");
});
function flowOut() {
$(".flow-in").removeClass("flowed");
}
function flowIn() {
$(".flow-in").addClass("flowed");
}
return $(window).scroll( function() {
if($(".pip-vid__trigger").isInViewport()){
flowOut();
}
else {
flowIn();
}
});
}
// Initialize piper
function pip_video() {
$(".pip-vid").floater();
}
if(true){
pip_video();
}
});
(sao/kna)