KUBET – Terungkap Lewat Tes DNA, Ini Kemungkinan Penyebab Kematian Raja Firaun Tutankhamun

LUXOR, EGYPT - NOVEMBER 04: The mummy of King Tutankhamun displayed as Egypt marks the 100th anniversary of its discovery, in the Valley of the Kings in Luxor, Egypt, 04 November 2022. Egypt is celebrating the 100th anniversary of the discovery of the 3,000-year-old tomb of the Golden King Tutankhamun that was made on 04 November 1922 by British archaeologist Howard Carter. The tomb of King Tut, also known as KV62, was almost the only discovered tomb not breached by grave robbers in the Valley of the Kings with more than 5,000 pieces, most of them were gold, including his funerary mask, gold sandals, an outer gold-gilded wooden coffin and innermost coffin of solid gold. Tutankhamuns mummy and sarcophagus are still on display in the tomb, while many of the funerary objects discovered were displayed at the Egyptian Museum in Tahrir Square and will be transferred to the new Grand Egyptian Museum in Giza when it opens. (Photo by Fareed Kotb/Anadolu Agency via Getty Images)
Raja Firaun Tutankhamun (Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency)


Jakarta

Para ilmuwan telah membuat terobosan besar dalam memecahkan misteri berusia seabad terkait kematian Raja Firaun Tutankhamun.

Temuan tersebut diungkap dalam sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Pusat Penelitian Nasional di Kairo, bekerja sama dengan dua spesialis DNA dari Jerman. Penelitian ini mengungkap wawasan penting mengenai penyebab kematian Firaun terkenal tersebut lebih dari 3.300 tahun yang lalu.

Analisis DNA terbaru menunjukkan sang raja muda kemungkinan besar meninggal akibat serangan malaria berulang yang diperparah oleh masalah kesehatan akibat perkawinan sedarah.

Manajer Umum Pameran Tutankhamun, Tim Batty, menyebut temuan ini sebagai bagian lain dari teka-teki besar seputar kehidupan dan kematian Tutankhamun.

Analisis tersebut juga mengidentifikasi kakek dan nenek Raja Tut sebagai Firaun Amenhotep III dan Ratu Tiye, keduanya juga diyakini meninggal akibat malaria, penyakit yang ditularkan melalui nyamuk dan sering berakibat fatal pada masa peradaban kuno.


ADVERTISEMENT

“Pengujian menunjukkan bahwa Tutankhamun terinfeksi malaria yang mungkin telah membunuhnya,” kata Batty pada bulan Januari, dikutip dari Ladbible.

Analisis ilmiah dilakukan menggunakan sampel jaringan yang diambil dari beberapa sisa mumi pada tahun 2000, setelah itu peneliti menemukan bukti genetik yang menunjukkan infeksi malaria berulang berkontribusi secara signifikan terhadap kematian firaun.

“Malaria hanya menambah banyak kemungkinan penyebab kematiannya,” kata Batty.

Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa Raja Tut kemungkinan besar merupakan putra dari mumi anonim yang ditemukan di makam KV55 di Lembah Para Raja. para peneliti menambahkan ayahnya bisa jadi adalah Firaun Akhenaten.

Sementara itu, ibunya diperkirakan dimakamkan di makam KV35, meskipun asal-usulnya masih menjadi perdebatan di kalangan arkeolog.

“Selain informasi genetik mengenai hubungan keluarga Tut, tes DNA telah mengungkapkan informasi lebih lanjut seperti penyakit dan masalah warisan yang mungkin menimpa Tutankhamun,” kata Batty.

Meskipun perkawinan sedarah merupakan hal yang umum dalam keluarga kerajaan pada masa itu, praktik ini dapat meningkatkan risiko penyakit genetik dan cacat lahir.

Salah satu kondisi tersebut adalah penyakit Köhler, yaitu kelainan tulang langka pada kaki anak-anak yang membatasi aliran darah ke jaringan tulang dan menyebabkan nekrosis.

Hasil pemindaian atau CT Scan sebelumnya menunjukkan Tutankhamun kemungkinan mengalami nekrosis pada kaki kirinya. Tongkat jalan yang ditemukan di makamnya turut memperkuat dugaan ini.

“Gangguan berjalan dan penyakit malaria yang diderita Tutankhamun didukung oleh penemuan tongkat dan apotek akhirat di makamnya,” para peneliti mengidentifikasi.


(suc/suc)

Tinggalkan komentar