
Jakarta –
Muncul sebuah tren di kalangan pria Jepang menerapkan gaya hidup ketat untuk melawan penuaan. Salah satunya adalah Aki (33), yang percaya tampil awet muda akan meningkatkan peluang lebih baik dalam hal romantis maupun pekerjaan.
Obsesi Aki untuk tampil lebih muda dimulai dari satu dekade yang lalu. Ia sakit hati karena atasannya membuat komentar pedas soal rambutnya yang mulai menipis, sehingga membuatnya tampak lebih tua.
Kondisi semakin berat bagi Aki, lantaran pada periode tersebut ia juga baru saja putus dari kekasihnya.
Imbas kejadian itu, ia bertekad untuk mengubah penampilannya menjadi lebih baik. Ia menciptakan lalu menciptakan program anti-penuaan khusus untuknya.
Ia menggunakan sunscreen setiap hari, berhenti merokok, tidak pernah begadang, dan olahraga secara teratur. Ia juga rutin pergi ke salon kecantikan untuk perawatan serta ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan pencernaan.
Aki mengatakan kulitnya tampak awet muda seperti 10 tahun lalu.
“Orang-orang menjadi jauh lebih baik kepada saya setelah penampilan saya berubah,” katanya dikutip dari SCMP, Selasa (3/6/2025).
Setelah mengenal perawatan wajah, ia juga secara rutin melakukan suntik botoks dan melakukan transplantasi rambut agar rambutnya tetap tebal. Bagi Aki, tampak awet muda bukan hanya soal penampilan, tapi juga tentang mengendalikan hidupnya.
“Terlihat awet muda memberi saya keunggulan dalam karir dan kehidupan cinta saya,” sambungnya.
Selain Aki, pria lain yang mengidentifikasi sebagai Anhon mengaku juga melakukan program anti-penuaan. Selama 5 tahun terakhir, ia hanya makan satu kali sehari yang terdiri dari sayuran beku dan rempah-rempah agar terlihat muda.
Ia memulai program anti-penuaannya itu sejak usia 19 tahun. Selain menjaga nutrisi, ia dilaporkan sudah menghabiskan 20 juta yen (Rp 2,2 miliar) untuk perawatan kecantikan, kebugaran, pakaian, dan prosedur kosmetik.
Rutinitasnya meliputi konsumsi suplemen, obat anti rambut rontok, perawatan kulit, dan pelatih kebugaran pribadi.
$(document).ready(function($){
var aevpH = $(".aevp").outerHeight(), headerH = $(".header").outerHeight(), offsetH = aevpH - headerH; $(window).on('scroll', function(){
// before show var scroll = $(window).scrollTop(); if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH){ $('.pip-vid__trigger').addClass('flow'); } else { $('.pip-vid__trigger').removeClass('flow'); }
// after show if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH) { $(".pip-vid").addClass("abs"); } });
// IS IN VIEWPORT DETECT ELEMENT $.fn.isInViewport = function() { var elementTop = $(this).offset().top; var elementBottom = elementTop + $(this).outerHeight();
var viewportTop = $(window).scrollTop(); var viewportBottom = viewportTop + $(window).height();
return elementBottom > viewportTop && elementTop < viewportBottom;
}
// FLOAT VIDEO Transistion FOR BREAKING NEWS
$.fn.floater = function( options ) {
this.addClass("flow-in");
var block = $(this);
$("#video-pip__close").click(function(e) {
e.preventDefault();
flowOut();
block.removeClass("flow-in");
});
function flowOut() {
$(".flow-in").removeClass("flowed");
}
function flowIn() {
$(".flow-in").addClass("flowed");
}
return $(window).scroll( function() {
if($(".pip-vid__trigger").isInViewport()){
flowOut();
}
else {
flowIn();
}
});
}
// Initialize piper
function pip_video() {
$(".pip-vid").floater();
}
if(true){
pip_video();
}
});
(avk/kna)