
Jakarta –
Minimnya informasi soal down syndrome membuat banyak sekali mitos-mitos yang beredar di masyarakat. Salah satunya adalah kabar bahwa seseorang dengan down syndrome tidak akan bisa punya keturunan, tapi benarkah demikian?
Sebagai informasi, dikutip dari Mayo Clinic, down syndrome merupakan kondisi genetik yang disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak biasa yang mengakibatkan salinan kromosom 21 yang berlebih, baik sebagian atau seluruhnya.
Mereka yang mengidap down syndrome umumnya memiliki ciri-ciri yang sama, seperti wajah pipih, hidung kecil, kepala kecil, leher pendek, lidah yang cenderung menjulur keluar mulut, hingga telinga kecil dan bulat.
Menjawab pertanyaan di atas, spesialis anak Dr dr Syarif Rohimi, SpA(K) mengatakan bahwa mereka dengan down syndrome tidak bisa memiliki keturunan adalah mitos.
“Dia memang spermanya lebih kecil, dan potensi (jumlah) lebih sedikit ya. Tapi kalau kita lihat, baca di internet tuh ada beberapa anak yang down syndrome punya anak dan bisa jadi dokter,” kata dr Syarif saat ditemui detikcom di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Kamis (15/5/2025).
ADVERTISEMENT
dr Syarif yang juga menulis buku ‘101 Tanya Jawab Seputar Penyakit Jantung Bayi, Anak, Remaja dan Sindrom Down’, menambahkan orang-orang dengan down syndrome memang perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini karena struktur tubuhnya berbeda dengan orang yang tidak down syndrome, sehingga rentan mengalami kelainan pada organ tubuh.
“Selain rentan terkena kelainan jantung, ada berbagai kelainan lain kan dari hidungnya, paru-parunya, ada hipertiroid juga. Kemudian daya tahan tubuh yang lebih rendah daripada yang lain (tidak down syndrome),” katanya.
“Tapi kan untuk anak-anak, sekarang ada vaksinasi kan, daya tahan tubuhnya akan lebih baik,” tutupnya.
$(document).ready(function($){
var aevpH = $(".aevp").outerHeight(), headerH = $(".header").outerHeight(), offsetH = aevpH - headerH; $(window).on('scroll', function(){
// before show var scroll = $(window).scrollTop(); if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH){ $('.pip-vid__trigger').addClass('flow'); } else { $('.pip-vid__trigger').removeClass('flow'); }
// after show if (scroll >= $('.aevp').offset().top + offsetH) { $(".pip-vid").addClass("abs"); } });
// IS IN VIEWPORT DETECT ELEMENT $.fn.isInViewport = function() { var elementTop = $(this).offset().top; var elementBottom = elementTop + $(this).outerHeight();
var viewportTop = $(window).scrollTop(); var viewportBottom = viewportTop + $(window).height();
return elementBottom > viewportTop && elementTop < viewportBottom;
}
// FLOAT VIDEO Transistion FOR BREAKING NEWS
$.fn.floater = function( options ) {
this.addClass("flow-in");
var block = $(this);
$("#video-pip__close").click(function(e) {
e.preventDefault();
flowOut();
block.removeClass("flow-in");
});
function flowOut() {
$(".flow-in").removeClass("flowed");
}
function flowIn() {
$(".flow-in").addClass("flowed");
}
return $(window).scroll( function() {
if($(".pip-vid__trigger").isInViewport()){
flowOut();
}
else {
flowIn();
}
});
}
// Initialize piper
function pip_video() {
$(".pip-vid").floater();
}
if(true){
pip_video();
}
});
(dpy/kna)